Thursday, July 17, 2008

Busway, solusi publik atau masalah bagi publik?

Belakangan, memang busway telah menjadi salah satu sarana transportasi publik yang cukup populer, terlepas dari segela kontroversi tentangnya. Kalau kita melihat kembali kebelakang, akan kita dapatkan beberapa fakta menarik tentang angkutan unik yang satu ini.
Busway yang koridor satunya ini mulai beroperasi pada tahun 2004, pada awalnya diharapkan menjadi salah satu solusi untuk mengatasi kemacetan yang ada di Jakarta. Namun, dalam perkembangannya, Busway bukannya menjadi solusi dari permasalahan kemacetan yang ada, namun malah menjadi bagian dari masalah itu sendiri..
Wah... wah.... kalau dipikir-pikir kenapa ya hal seperti ini bisa terjadi?. Apa yang salah? Bukankah pembangunan busway ini pada awalnya adalah dengan niat baik, untuk mengurangi kemacetan kota jakarta. Mungkin ada baiknya, kalau kita sejenak berpikir dengan cara yang simpel namun sistematis tentang permasalahan kemacetan di Kota Jakarta tercinta ini.

Pertanyaan pertama yang harus dijawab adalah, siapa penyebab utama kemacetan di Jakarta? Pertanyaan kedua yang harus dijawab adalah, kenapa si penyebab macet terus menerus menyebabkan macet tanpa mau berhenti menyebabkan macet? Pertanyaan ketiga adalah, bagaimana membuat orang yang suka bikin macet itu tidak membuat macet lagi?..

Untuk pertanyaan pertama, hampir semua orang setuju bahwa pengguna terbesar jalan raya di Jakarta adalah kendaraan pribadi (Mungkin butuh data statistik dari departemen perhubungan untuk membuktikannya lagi). Nah, untuk pertanyaan kedua, kita harus mengetahui dulu, apa sih yang diinginkan oleh para pengguna kendaraan pribadi itu? Setelah melakukan pembicaraan dengan beberapa teman yang suka menggunakan kendaraan pribadi ketika ke kampus, maupun kemana saja, dari sampel kecil itu diambil sebuah kesimpulan sederhana bahwa mereka yang memilih menggunakan kendaraan pribadi berpendapat bahwa ’saya mampu untuk mendapatkan kenyamanan dan keamanan lebih dengan menaiki kendaraan pribadi, dan itu merupakan hak saya’. Disini terlihat bahwa orang-orang tersebut ingin keamanan dan kenyamanan yang lebih.

Setelah mengetahui kenapa hal tersebut terjadi, sekarang kita memikirkan, kenapa mereka tidak mau meninggalkan kendaraan pribadi mereka dan menggunakan kendaraan umum. Jawabannya sebenarnya sangat singkat, bahwa kendaraan umum saat ini, sekalipun busway yang ditujukan untuk mengurangi kemacetan tidak dapat mengakomodasi kepentingan mereka-mereka yang menggunakan kendaraan pribadi akan kenyamanan apalagi keamanan. Pertanyaan yang kemudian akan timbul adalah : bukannya busway berusaha memberikan kenyamanan lebih dengan fasilitasnya?

Kalau berbicara soal fasilitas kita sekarang bisa melihat bahwa busway yang pada awalnya memiliki fasilitas yang bagus sekarang mulai menurun performanya, bisa dilihat pada koridor 1 yang dulu punya fasilitas yang sangat bagus, sekarang sudah banyak lampu yang putus dan pecah, shelter-shelter yang tak terawat dan belum lagi jumlah antrian yang luar biasa banyaknya. Kalau keadaan-nya seperti ini, bagaimana mungkin orang-orang yang berkendaraan pribadi mau pindah ke Busway.

Dari permasalahan diatas, coba kita soroti saja satu hal, yaitu tentang antrian luar biasa yang terjadi pada Busway terutama pada jam sibuk. Apa yang menyebabkannya. Secara teori ekonomi sederhana, kita sama-sama tahu ketika demand terhadap suatu barang sudah terlalu tinggi dan si produsen selaku sisi supply tidak bisa memberikan pelayanan yang maksimal bagi konsumen, ini merupakan indikasi adanya Excess Demand (Kelebihan Demand) yang disebabkan oleh barang tersebut dijual pada harga terlalu murah, sehingga konsumen membludak.

Kalau kita perhatikan, ketika tarif busway seharga Rp 3500, kita bisa melihat realita bahwa orang beramai-ramai untuk pindah ke busway, permasalahannya adalah, apakah orang-orang yang berpindah ke busway itu adalah sasaran dari busway itu sendiri. Fakta dilapangan menunjukkan bahwa semenjak adanya busway, banyak terlihat angkutan umum seperti Metro Mini dan kawan-kawannya yang sepi penumpang. Ternyata dengan kebijakan harga tersebut, bukannya membuat orang-orang yang memakai kendaraan pribadi pindah ke Busway, malah membuat orang-orang yang tadinya naik metro mini dan lain-lain pindah ke Busway, karena memberikan value lebih daripada metro mini dengan harga yang relatif masih terjangkau. Keadaan keramaian dan over demand ini mengakibatkan pelayanan busway semakin parah.

Sebenarnya keadaan ini tidak harus terjadi seandainya departemen perhubungan terutama manajemen transjakarta sendiri tahu ekonomi dan mengerti dengan baik pemasaran dan segmentasi dari produk(busway) mereka. Dengan penetapan harga yang lebih tinggi (memerlukan penelitian lebih lanjut tentang tingkat harga lebih tinggi yang sesuai), sebenarnya akan membuat demand terhadap busway turun, pendapatan naik, dan tentunya pelayanan terhadap masyarakat membaik dan membuat orang-orang yang tadinya hanya ingin menggunakan kendaraan pribadi pindah ke busway. Dengan harga yang tinggi, busway tentunya akan lebih lengang, nyaman dan aman, sehingga orang yang tadinya rela bermacet di jalan di dalam mobilnya rela pindah ke busway, karena terbukti memang cepat dan jarang macet dan tentunya mereka tetap mendapatkan kenyamanan bertransportasi bersama busway.

No comments: